Minggu, 28 November 2010
Senin, 08 November 2010
Sabtu, 16 Oktober 2010
Langganan:
Postingan (Atom)
mengapa al-qur'an bertulisan arab
Mengapa Al-Quran Berbahasa Arab?
Rabu, 27 September 2006
Setiap saat, lahir orang-orang alim yang mampu menghapal isi kandungan
Kitab Suci Al-Quran. Hatta, orang buta atau anak kecil. Itulah bedanya dengan Kitab
Suci lain [Lanjutan Universalitas Al-Qur’an bagian 2- habis]
Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi *)
“Mengapa Al-Quran diturunkan kepada seorang Nabi yang miskin dan buta huruf
(ummiy)? Mengapa tidak diberikan kepada pembesar Mekkah maupun Tha’if saja?”
Pertanyaan seperti ini sering terjadi. Sama hal nya dengan pernyataan, “Mengapa Al-
Qur’an berbahasa Arab?”
Banyak dalil yang mengungkap hal ini. Diantaranya; QS. 12: 2, 14: 4, 13: 37, 16: 103, 19: 97, 20: 113, 26: 193-195, 26: 198-199, 39: 28, 41: 3, 41: 44, 43: 3, 44: 58, dan 46 : 12.
Boleh dikata, hampir semua ayat tersebut menyatakan, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan
dalam “bahasa Arab”. Adalah keliru jika karena Allah menurunkan Al-Quran ke dalam
bahasa Arab kemudian dikatakan “tidak universal”.
Kenapa Allah memilih bahasa Arab? Bukan bahasa lain? Barangkali itu adalah hak Allah. Meski demikian, pilihan Allah mengapa Al-Quran itu dalam bahasa Arab bisa dijelaskan secara ilmiah.
Pertama, sampai hari ini, bahasa yang berasal dari rumpun Semit yang masih
bertahan sempurna adalah bahasa Arab. Bahkan Bible (Old Testament) yang diklaim bahasa aslinya bahasa Ibrani (Hebrew) telah musnah, sehingga tidak ada naskah asli dari Perjanjian Lama.
Meskipun begitu, menurut Isrâ’il Wilfinson, dalam bukunya Târîk al-Lughât al-
Sâmiyyah (History of Semitic Language), seperti yang dikutip Prof. Al-A‘zamî, ternyata
bahasa asli PL itu tidak disebut Ibrani.
Bahasa pra-pengasingan (pre-exilic language) yang digunakan oleh Yahudi adalah
dialek Kanaan dan tidak dikenal sebagai Ibrani. Orang-orang Funisia (atau lebih
tepatnya, orang-orang Kanaan) menemukan alfabet yang benar pertama kali ± 1500
S.M, berdasarkan huruf-huruf ketimbang gambar-gambar deskriptif
Semua alfabet yang berturut-turut seterusnya adalah utang budi pada, dan berasal
dari, pencapaian Kanaan ini. (Prof. Dr. M.M. Al-A‘zamî, The History of The Qur’ânic
Text from Revelation to Compilation (edisi Indonesia), terjemah: Sohirin Solihin, dkk.,
GIP, 2005, hlm. 259).
New Testament (Gospel, Injil) yang diklaim bahasa aslinya adalah bahasa “Yunani”
juga sudah hilang, sehingga tidak ada naskah asli dari Injil. Bahkan, ini bertentangan dengan bahasa Yesus, yang sama sekali tidak paham bahasa Yunani. Bukankah ini ‘mencederai’ saktralitas Injil yang diklaim sebagai ‘firman Tuhan’?
Kedua, bahasa Arab dikenal memiliki banyak kelebihan: (1) Sejak zaman dahulu kala
hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, (2) Bahasa Arab
adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan
keakhiratan, (3) Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjungsi),
yang amat luas hingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian itu tak
terdapat dalam bahasa lain. (Lihat, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag, edisi revisi,
Juli 1989, hlm. 375 (foot-note).
Ketiga, Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW. dalam bahasa Arab yang
nyata (bilisanin ‘Arabiyyin mubinin), agar menjadi: mukjizat yang kekal dan menjadi
hidayah (sumber petunjuk) bagi seluruh manusia di setiap waktu (zaman) dan tempat
(makan); untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya: dari kegelapan
“syirik” kepada cahaya “tauhid”, dari kegelapan “kebodohan” kepada cahaya
“pengetahuan”, dan dari kegelapan “kesesatan” kepada cahaya “hidayah”.
Tiga poin itu berjalan terus atas izin Allah sampai dunia ini hancur, yakni Risalah (Islam), Rasul (Muhammad SAW) dan Kitab (Al-Qur’an)). (Lihat, Prof. Dr. Thaha Musthafa Abu Karisyah, Dawr al-Azhar wa Jami‘atihi fi Khidmat al-Lughah
al-‘Arabiyyah wa al-Turats al-Islamiy, dalam buku Nadwat al-Lughah al-‘Arabiyyah,
bayna al-Waqi‘ wa al-Ma’mul, 2001, hlm. 42).
Karena Islam itu satu risalah (misi) yang “universal” dan “kekal”, maka mukjizatnya harus retoris (bayaniyyah), linguistik (lisaniyyah) yang kekal. Dan Allah telah berjanji untuk memelihara Al-Qur’an, seperti yang Ia jelaskan, “Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Dzikra (Al-Qur’an) dan Kami pula yang memeliharanya.” (Qs. 15: 9).
Keempat, menurut Syeikhu’l-Islam, Ibnu Taimiyah, “Taurat diturunkan dalam bahasa
Ibrani saja. Dan Musa ‘alayhissalam tidak berbicara kecuali dengan bahasa itu. Begitu juga halnya dengan al-Masih: tidak berbicara tentang Taurat dan Injil serta perkara lain kecuali dengan bahasa Ibrani. Begitu juga dengan seluruh kitab. Ia tidak diturunkan kecuali dengan “satu bahasa” (bilisanin wahidin): dengan bahasa yang dengannya diturunkan kitab-kitab tersebut dan bahasa kaumnya yang diseru oleh para rasul.
Seluruh para Nabi, menyeru manusia lewat bahasa kaumnya yang mereka ketahui.
Setelah itu, kitab-kitab dan perkataan para Nabi itu disampaikan: apakah
diterjemahkan untuk mereka yang tidak tahu bahasa kitab tersebut, atau orang-orang
belajar bahasa kitab tersebut sehingga mereka mengerti makna-maknanya. Atau,
seorang utusan menjelaskan makna-makna apa yang dengannya ia diutus oleh Rasul
dengan bahasanya...” (Lihat, Ibnu Taimiyah, al-Jawb al-Shahih liman Baddala Dina’l-
Masih (Jawaban Yang Benar, Bagi Perubah Agama Kristus), (Cairo: Dar Ibnu al-
Haytsam, 2003, jilid 1 (2 jilid), hlm. 188-189)
tabarruj
Apa itu Tabarruj…?
Tabarruj yakni bila “seorang wanita menampakkan perhiasannya dan kecantikannya serta terlihat bagian-bagian yang seharusnya wajib ditutupi, dimana bagian-bagian itu akan memancing syahwat pria.” [ Fathul Bayan 7 / 274 ]
Allah Azza wajalla tentang permasalahan ini bersabda dalam Surah Al-Ahzab:
(٣٣) ~ وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا ¯
artinya:
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kalian bertabarruj seperti bertabarruj-nya wanita jahiliyyah dahulu, dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ta`atilah Allah dan Rasul- Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul-bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [QS Al-Ahzab : 33 ]
————————————————————————
Imam Adz~Dzahabi berkata dalam “Al~Kaba`ir” yakni “Di antara perbuatan yang menyebabkan para wanita mendapat laknat adalah menampakkan perhiasan emas dan permata yang ada di balik pakaiannya, memakai misk, anbar (nama sejenis minyak wangi) dan parfum jika keluar dari rumah, memakai pakaian-pakaian yang dicelup, sarung-sarung sutera dan penutup kepala yang pendek, bersamaan dengan itu dia memajangkan pakaian, meluaskan dan memanjangkan ujung lengan pakaian. Semua itu termasuk tabarruj yang Allah murkai. Allah murka kepada pelakunya di dunia dan akhirat. Karena perbuatan-perbuatan ini yang banyak dilakukan wanita, Rasulullah Shalallohu`alaihi wasallam bersabda:
“……. Aku memandang ke neraka, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.”
Hadits ini diriwayatkan oleh :
1. – Bukhari dalam kitab Bad’ul Khalq bab Maa Ja’a fi Shifatil Jannah (kitab 59 bab 8).
2. – Tirmidzi dalam kitab Shifatil Jahannam bab Maa Ja’a Anna Aktsara Ahli Nar An Nisa’ (kitab 40 bab 11 hadits ke-2602), dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi 2098 dari Ibnu Abbas.
3. – Ahmad 2/297 dari Abu Hurairah. Dan hadits ini dishahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’ 1030.
Dari Imran bin Hushain berkata : “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya penghuni Surga yang paling sedikit adalah para wanita….’ “
(HR. Muslim 95, 2738. An Nasa’i 385)
Saya (Syaikh Al~Albani, pent.) berkata: “Islam telah bersikap keras dalam memperingatkan ummatnya dari perbuatan tabarruj ini hingga menyandingkannya dengan kesyirikan, zina, mencuri dan perbuatan haram lainnya. Itu terjadi ketika Nabi Shalallohu`alaihi wasallam membai`at para wanita agar mereka tidak melakukan hal-hal itu. Abdullah bin `Amr radhiyallahu`anhu berkata: Umaimah binti Ruqaiqah datang kepada Rasulullah Shalallohu`alaihi wasallam untuk berbai`at kepada beliau, maka beliau berkata:
“Saya akan membai’atmu untuk engkau tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, jangan engkau mencuri, berzina, membunuh anakmu, melakukan kebohongan yang engkau buat antara hadapanmu dan antara dua kakimu, jangan meratap dan jangan bertabarrujnya jahiliyyah dahulu.”
Ketahuilah, bukan termasuk perkara terlarang sedikitpun jika pakaian wanita yang dia pakai berwarna putih atau hitam, sebagaimana yang dianggap oleh sebagian wanita yang komit terhadap Sunnah.
Itu dengan alasan :
® Pertama : Sabda Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam yang berbunyi: “ Parfum wanita adalah yang jelas warnanya dan lembut harumnya … “
® Kedua : Pengalaman para wanita sahabat, dengan kisah sebagai berikut :
1 : Dari Ibrohim An Nakha’i bahwa dia masuk bersama Alqamah serta Al Aswad kepada isteri – isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia melihat mereka menyelimuti diri mereka dengan pakaian berwarna merah.
2 : Dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata; Aku melihat Ummu Salamah mengenakan jilbab dan berselimut dengan pakaian yang dicelup ddengan warna mu`ashfar (campuran antara kuning dan merah).
3 : Dari Al qosim, yaitu Ibnu Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq dia berkata bahwa ‘Aisyah memakai pakaian yang dicelup dengan mu’ashfar, padahal dia waktu itu sedang ihram.”
( Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah 120-123 dengan sedikit ringkasan).
——————————————————————–
Disadur dari Buletin Islamiy Al-Minhaj, edisi I /I Rubrik “Mar`ah Sholihah”
18 Tanggapan - tanggapan to “YA UKHTI…, JAUHILAH TABARRUJ…!”
1.
fida Berkata:
Oktober 29, 2007 at 9:11 am
Assalamu’alikum…
Saya mohon penjelasan bagaimana hukumnya wanita yang menggunakan mike-up untuk menutupi kekurangannya. Ia menggunakannya bukan untuk menarik perhatian orang lain. terima kasih. Wassalam…
2.
fida Berkata:
November 2, 2007 at 6:48 am
Assalamu’alikum…
Saya mohon penjelasan bagaimana hukumnya wanita yang menggunakan mike-up untuk menutupi kekurangannya. Ia menggunakannya bukan untuk menarik perhatian orang lain. terima kasih. Wassalam…
3.
aziz Berkata:
November 30, 2008 at 7:18 am
Assalamu’alikum…
kasihan wanita
selalu di temaptkan pada posisi yang bersalah…
HARUSNYA LELAKI YANG SURUH MENJAGA PANDANGAN
KATAKAN DENGAN LANTANG
LELAKI TUTUP MATAMU
saran untu priterkadang hanyalah penyeimbang dari sebuah bahasan,yang memonopoli laranganyang harudipatuhi wanita,
harusnya wanita dipandang dari sisi korban bukan dari sumber (baca: masalah).
4.
fitriana Berkata:
Maret 17, 2009 at 9:07 am
aslm.
jadilah wanita laksana mutiara ditengah lautan yang indah dipandang namun sulit dipegang oleh siapapun kecuali allah telah meridhoinya. dan jadilah wanita yang istiqomah dijalan allah.
5.
alma Berkata:
Maret 17, 2009 at 9:12 am
aslm.
bagi wanita yang mempunyai pacar, saya ingin menasehati kalian semua. kita sebagai wanita harusnya merasa rugi apabila berpacaran karena dimata laki-laki kita bagaikan benda yang mudah diraih namun mudah pula dilupakan setelah mereka merasa bosan. jadi, bagi wanita ayo sama-sama kita tanamkan niat untuk tidak berpacaran sebelum menikah. dan terus jadilah yang lebih baik karena wanita yang baik akan mendapatkan lelaki yang baik pula. gmn, betul kan???????????????? semangat……… surga allah telah menanti kita (amin…)
6.
seem Berkata:
Maret 21, 2009 at 2:47 am
tolong jelaskan bagaimana seorang wanita yang memakai jilbab yang ingin menutupi rambut yang keriting
7.
abdullah Berkata:
Maret 21, 2009 at 2:50 am
bolehkah kita punya pacar kemudian mempunyai niat ingin menasehati nya untuk kembali kepada allah
8.
mala Berkata:
April 23, 2009 at 7:20 am
Kenapa harus dengan pacaran untuk menasehati saudara kita? tidakkah banyak cara lain yang bisa kita lakukan?
Wanita…dengannya kamu bisa kuat, dengannya pula kamu bisa hancur. jagalah wanita mu… agar selalu menjadi penguat, bukan penghancur. karena darinya akan lahir generasi yang akan menentukan masa depan kita…
9.
gilang Berkata:
April 30, 2009 at 3:57 pm
pertanyaan:
“bolehkah kita punya pacar kemudian mempunyai niat ingin menasehati nya untuk kembali kepada allah?”
dari pertanyaan diatas bs sy simpulkan
:) tujuan yg baik tp klo dilakukan dgn cara yg buruk (baca: pacaran), tentunya akan menjadi buruk.
10.
az zakhruf Berkata:
Juni 18, 2009 at 11:57 am
assalamu’alaikum…..
wahai wanita, sadarlah……..
seorang wanita itu ibarat sebuah permata.
permata yang sangat mahal harganya. bahkan tak ternilai harganya.
permata akan selalu bersih dan indah jika ia disimpan dengan baik.
permata tak kan mungkin “dicuri” kalau sang pencuri tak mengetahui.
wahai wanita………
tutupilah permatamu,
agar sang pencuri tak timbul nafsu,
untuk merampasmu…
11.
akhwat Berkata:
September 2, 2009 at 3:18 am
Assalamu’alaikum wahai akhwat..
Semoga Allah membuat kau tetap istiqomah dengan tertutupnya perhiasanmu karna Allah semata…
Semoga kau menjadi wanita idaman para ikhwan karena kau adalah permata berharga..
Tetap suci…
Sampai suatu saat nanti Allah memberikanmu pendamping yang halal bagimu..
Jagalah dirimu..karena kau begitu berharga, hiasi dirimu dengan iman dan takwa kepada Rabbi..
Semoga kau akan berbahagia di dunia dan akhirat.Amin
12.
Oes Tsetnoc Berkata:
September 27, 2009 at 3:17 am
wah artikel bagus… :) salam
13.
vhie Berkata:
Oktober 30, 2009 at 12:34 pm
gimna ya cara yg baik tuk melepaskan pacar kita? karena saya skrg sadar bahwa pacaran tu ga boleh… harus menggunakan penjelasan seperti apa agar dia mengerti?
14.
awan us tzx Berkata:
Mei 8, 2010 at 3:39 am
Mhon maaf sy krang jelas dgn pmbhasan “pakaian yg dicelup” mgkin yg d mksd brwarna htm/putih..
Sbtlnya boleh/tidak wnita muslim memakai pkaian/krudung brwarna warni???
15.
miwa Berkata:
Juni 23, 2010 at 3:24 am
bin9ung….
16.
Mengerling Mata di Rumah Allah « Ciptabiru’s Weblog Berkata:
Juli 8, 2010 at 2:13 pm
[...] Tulisan ini mendapat ide tambahan dari http://artikelislam.wordpress.com/2007/02/06/ya-ukhti%E2%80%A6-jauhilah-tabarruj%E2%80%A6/ [...]
17.
iyon Berkata:
September 27, 2010 at 4:42 am
lah kalau ga melalui pacaran gimana kita bisa mengenal calon pasangan kita, bukankah pacaran ga selamanya negatif. Bukannya saya sok suci selama pacaran sy ga pernah bersentuhan dengan pacar sy karna kita selalu berpegang teguh dengan nilai” ISLAM.
Apakah beda pacaran dengan Ta’arufan?
18.
triwiaty Berkata:
Oktober 13, 2010 at 7:04 am
assalmualaikum
d masa2 remaja bnyak sekalii godaan untuk tidak tertarik kpadaa akhii
sayaa pernah pacaran..tapii saya hanya berniat dyaa pacar itu d jadikan utk motivasi saja..apaa itu sama saja